Bangunan ini terletak di wilayah Kecamatan Tanjung Emas,Kota Batusangkar,Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.Istana ini merupakan salah stau destinasi favorit di wilayah Sumatera Barat.Istana yang berdiri saat ini merupakan replika dari istana asli yang dihancurkan oleh Belanda pada tahun 1804,pada awalnya istana asli terletak di Bukit Patah.Istana ini kemudian terbakar lagi pada tahun 1966,hingga pada tahun 1976 atas prakarsa gubernur Sumatera Barat Harun Zain,istana ini kembali dibangun dan bisa dinikmati oleh masyarakat pada akhir tahun 70an.Musibah kembali menghantam istana ini pada tanggal 27 Februari 2007 akibat sambaran petir pada atapnya,istana kembali terbakar hebat.Banyak sekali peninggalan yang hangus terbakar,setelah di inventarisir hanya tersisa sekitar 15% saja peninggalan yang bisa diselamatkan.
Komplek Istana Pagaruyung pada masanya merupakan tempat tinggal anggota kerajaan sekaligus pusat kerajaan Minangkabau.Kerajaan Minangkabau dipimpin oleh seorang raja yang dikenal “Rajo Alam” atau “Raja Diraja Kerajaan Minangkabau”.Kepemimpinan Rajo Alam dikenal dengan “Tali Tigo Sapilin” dan pemerintahannya dikenal dengan “Tungku Tigo Sajarangan”.Pembangunan kembali Istana Basa Pagaruyung,merupakan hasil dari pemikiran pemerintah daerah dan tokoh tokoh adat Sumatera Barat dalam rangka melestarikan nilai nilai adat,seni dan budaya serta sejarah Minangkabau.
Secara kontur bangunan Istana Basa Pagaruyung,terdiri dari tiga lantai,72 tonggak serta 11 gonjong.Dilihat dari segi arsitektur bangunan ini memiliki kekhasan dibanding rumah gadang di Sumatera Barat lainnya.Kekhasan ini tersirat dari bentuk fisik bangunan yang dilengkapi ukiran falsafah dan budaya Minangkabau.Istana ini dilengkapi pula dengan Surau,Tabuah,Larangan,Rangkiang Patah Sembilan,Tanjung Mamutuih dan Pincuran Tujuah.Aksebilitas menuju lokasi bisa dicapai dari berbagai arah,bila melalui kota Padang via Kubu Kerambil jaraknya sekitar 105 kilometer.Dari kota Bukittinggi via Simpang Baso jaraknya sekitar 35 kilometer,sedangkan melalui pintu gerbang Simpang Piladang berjarak kurang lebih 45 kilometer.
Bila berkunjung ke istana ini kita akan diajak untk bernostalgia mengenang masa masa kerajaan Minangkabau.Didalam istana kita bisa melihat bentuk asli dari ruangan ruangan yang saat itu digunakan sebagai rumah tinggal keluarga kerajaan dan pusat pemerintahan.Dilantai dasar kita bisa melihat Kamar kamar puteri kerajaan,raja dan ratu.Mulai dari tempat tidur,meja rias hingga lemari tertata rapi,masih dilantai satu kita bisa melihat singgasana raja yang mewah. Lantai dua dan tiga adalah tempat penyimpanan peninggalan kerajaan,disini kita bisa melihat beragam keris,cincin cincin,hingga peralatan dapur yang digunakan pada masa kerajaan.Sedangkan pada lantai empat ruangan kecil menyerupai loteng ialah tempat meditasi yang bisa membikin bulu kuduk berdiri,konon menurut petugas istana,ditempat ini sering terlihat penampakan arwah arwah para leluhur.Bagi para pelancong yang ingin berfoto dengan baju adat Minang,pihak pengelola sengaja menyediakannya dengan berbagai ukuran baju adat ini bisa disewa dengan harga terjangkau.
0 Comments