Tampak Depan Masiid Manonjaya |
Manonjaya merupakan salah satu kecamatan di wilayah kabupaten Tasikmalaya,bila merunut sejarah,pada masa lalu daerah ini pernah dijadikan ibukota Kabupaten Sukapura.Sebagai informasi pada masa penjajahan Kolonial Belanda,kabupaten Tasikmalaya bernama kabupaten Sukapura.Pada masa itu wilayah kabupaten Sukapura termasuk kedalam wilayah kabupaten dengan perkembangan cukup pesat.Pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Wiradadaha VIII dan Patih Danuningrat, wilayah Kabupaten Sukapura meliputi 21 distrik yang disebut daerah Galunggung. Karena wilayah kekuasaannya terlalu luas, maka tahun 1831 daerah Sukapura atau Galunggung ini dibagi menjadi tiga bagian (Afdeeling/bagian dari Keresidenan) yaitu: Afdeeling Sukapura Kolot, Afdeeling Sukapura, dan Afdeeling Tasikmalaya.Setelah pembagian wilayah tersebut, tahun 1832 Bupati Raden Tumenggung Wiradadaha VIII memindahkan ibukota Kabupaten Sukapura – sesuai daerah yang langsung diperintahnya yaitu dari Leuwiloa di Sukaraja ke Harjawinangun. Namun untuk sementara, pemerintahan berkedudukan di Pasir Panjang karena menunggu penyelesaian pembangunan ibukota. Pemerintahan baru berjalan 2 tahun kemudian, setelah Patih Raden Tumenggung Danuningrat selesai membangun kota Harjawinangun (sekarang Manonjaya). Maka baru pada tahun 1834 secara resmi Ibukota Sukapura Pindah ke Harjawinangun/Manonjaya.Berdasarkan catatan sejarah, Harjawinangun selama 70 tahun pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Sukapura. Harjawinangun sebagai pusat pemerintahan telah berkembang dengan pesat, dan menjadi kota transit dalam jalur hubungan darat antara Jawa Tengah dari arah timur ke Jawa Barat. Sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan kota Harjawinangun, maka tahun 1839 berdasarkan Besluit Gubernemen No. 22 tanggal 10 Januari 1839 nama Kota Harjawinangun dirubah menjadi Kota Manonjaya.
Rentang panjang sejarah daerah Manonjaya sebagai ibukota kabupaten hingga saat ini masih menyimpan berbagai aspek penting.Salah satunya ialah keberadaan bangunan bangunan bersejarah.Untuk diketahui ibukota kabupaten kabupaten di Jawa Barat pada umumnya memiliki tata kota yang sama.Di ibukota ini selalu terdapat mesjid agung,pendopo tempat kediaman bupati sekaligus kantor dinas dalam menjalankan roda pemerintahan serta tanah lapang cukup luas di alun alun untuk mengumpulkan massa atau menyelenggarakan berbagai kegiatan.Nah di Manonjaya terdapat bangunan cagar budaya berupa mesjid,layaknya mesjid mesjid lainnya mesjid ini memiliki peranan penting dalam segi kehidupan masyarakat dari dulu hingga sekarang.
Sedikit mengulas sejarah mesjid Manonjaya,pada awalnya mesjid ini berupa mesjid jami biasa,namun seiring perkembangan Manonjaya sebagai ibukota Sukapura.Maka pada tahun 1837 ketika Raden Tumenggung Danuningrat yang menggantikan Raden Demang Anggadipa II, memperbesar masjid dan mengembangkan alun-alun. Mesjid dibangun dengan atap tumpang bersusun tiga pada bagian atas/ujung atap diberi kemuncak (mustaka), dan empat buah tiang utama sebagai penyangga atapnya.Pada tahun 1889 masjid ini dikembangkan kembali agar dapat menampung jemaah lebih banyak oleh Dalem Raden Tumenggung A Wiraatmaja. Pengembangan masjid diarahkan ke bagian timur dengan didirikannya bangunan serambi dan bangunan menara di kanan dan kirinya yang dihubungkan dengan koridor. Bangunan serambi beratap tumpang dua sedangkan menara memiliki atap berbentuk segi delapan.Pada tahun 1974 dan 1977 masjid ini diperbaiki oleh masyarakat setempat dan akhirnya pada 1991/1992 dipugar oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Barat.
Selain memiliki makna historis yang kuat seperti diuraikan di atas, mesjid ini juga memiliki langgam seni bangunan unik dan menarik.Arsitektur mesjid merupakan perpaduan antara neoclassic Eropa dengan seni arsitektur khas pasundan,perpaduan ini menghasilkan bentuk bangunan yang sangat indah dari segi arsitektur.Untuk fungsinya sendiri sejak awal hingga saat ini tidak pernah berubah,peranannya sangat penting dalam segi kehidupan masyarakat Manonjaya.Hampir setiap hari banyak sekali umat Islam yang menjalankan ibadahnya di mesjid ini.Bahkan karena nilai historisnya cukup banyak juga para pengunjung dari daerah lain yang datang untuk melihat keindahan serta beribadah disini.
0 Comments