Berlokasi dijalan Lembong nomor 38 Bandung berdiri sebuah bangunan bekas Belanda,
Pembangunan museum ini berlangsung selama 5 tahun (1910-1915). Dulu, museum ini dibangun sebagai tempat tinggal perwira Belanda. Setelah Indonesia merdeka, gedung ini diambil alih oleh pasukan tentara Siliwangi (sekitar tahun 1949-1950) dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi.Tidak banyak yang tahu bahwa bangunan tersebut merupakan sebuah museum bernama Museum Mandalawangsit Siliwangi.Pada rentang tahun 1949-1950 museum ini berfungsi sebagai markas Divisi Siliwangi pertama di Bandung. Sebagai markas militer, gedung ini pernah menjadi sasaran utama serangan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pada 23 Januari 1950 dibawah pimpinan Raymond Westerling.Beberapa prajurit gugur dalam peristiwa tersebut termasuk Kolonel Lembong yang meninggal akibat serangan brutal pemberontak APRA. Museum bersejarah ini diresmikan oleh Pangdam III/Siiliwangi ke-8 pada tanggal 23 Mei 1966.
Museum ini berisi koleksi benda-benda bersejarah pada masa perjuangan kemerdekaan, masa peperangan dan masa perjuangan Rakyat Jawa Barat lainnya. Senjata tradisional berbentuk kujang, keris, pedang, golok, tombak, pana, pedang bambu, samurai, dan senjata api dari berbagai jenis bisa kita temukan di museum ini. Selain koleksi alat – alat perang diatas, terdapat juga foto – foto perjuangan antara tahun 1945–1949, foto para pahlawan dan foto–foto bersejarah lainnya.Selain di isi dengan berbagai koleksi bersejarah sebagai sarana pendidikan museum ini dilengkapi dengan diorama serta ruang audio visual untuk pemutaran film dokumenter.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi, dibuka untuk umum pada hari Senin-Kamis, Pukul8.00 s.d. 13.00 WIB, Jum’at pukul 08.00 s.d. 10.00 Wib, dan Sabtu pukul 08.00 s.d. 12.00 WIB.Terdapat beberapa bagian dari museum ini,pembagian ruangan ini disesuaikan dengan koleksi koleksi museum tersebut.Ruang pamer yang tersedia terdiri dari :Ruangan pertama yang akan kita temukan ketika memasuki museum ini adalah ruang "zaman pergerakan nasional Indonesia",. Kita akan langsung dipertemukan dengan sosok jubah milik Kyai Agung Caringin yang berasal dari Menes-Banten, dan Hj. Hasan Arif asal Cimareme.Ruangan selanjutnya adalah ruang "Detik-detik Proklamasi". Disini terdapat koleksi-koleksi seperti naskah proklamasi kemerdekaan, dan bendera Merah-Putih yang pernah dikibarkan oleh D. Suprayogi saat 17 Agustus 1945.
Ada pula meja dan kursi yang pernah dipakai untuk merencanakan perumusan naskah teks proklamasi saat Soekarno-Hatta sempat diasingkan ke Rengasdengklok.Ruangan yang ke-3 adalah "Palagan Bandung", kejadian-kejadian yang pernah terjadi di kota Bandung, contohnya seperti "Bandung Lautan Api". Selain lukisan-lukisan yang menggambarkan peristiwa Bandung Lautan Api, juga ada lukisan-lukisan anggota TRIP (tentara pelajar) Batalyon II Resimen 8 Divisi IV Siliwangi tahun 1946 dan seragam anggota TRIP.Ruang terakhir di lantai 1 adalah ruang "Perang Kemerdekaan". Namun kita masih dapat mengunjungi dan melihat-lihat koleksi yang ada di lantai 2 museum, seperti tunggul batalyon, foto kekejaman Westerling dan APRA, dan koleksi lain yang berhubungan dengan pemberontakan APRA-RMS.
0 Comments