Indonesia dikenal sebagai Negara multi komplek,ada sekitar 17.000 pulau tersebar dari Sabang Sampai Merauke,400 etnis dengan ratusan bahasa daerah.Keanekaragaman seni budaya ini merupakan asset yang tiada ternilai terutama dalam bidang wisata seni dan budaya.Dari sekian banyak kearifan lokal ini baru beberapa daerah di Indonesia saja yang menggarap serius potensi wisata di bidang seni budaya.Berbicara potensi wisata seni budaya tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pulau Dewata Bali,disana industri wisata sangat berkembang terutama wisata seni dan budaya.Pendapatan sektor wisata dari bidang seni budaya di provinsi Bali sangat menakjubkan.Fakta fakta ini cukup mencengangkan apabila dibanding dengan daerah daerah lainnya,setelah Bali hanya Daerah Istimewa Jogjakarta yang menggarap potensi seni budaya sebagai komoditas wisata.Daerah lainnya pun bukan membiarkan potensi ini,namun dibanding Bali dan Jogja mereka jauh tertinggal.Hal ini sangat miris karena potesni seni budaya setiap daerah di Indonesia cukup menjanjikan untuk dikembangkan.
Dalam beberapa tahun terakhir provinsi Jawa Barat,sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi wisata cukup besar mulai melirik potensi seni budaya sebagai jualan utama sektor wisata.Beberapa daerah di Jawa Barat yang memiliki potensi seni budaya mulai berbenah untuk menata aspek aspek apa saja yang bisa dijual untuk para pelancong.Sebagai informasi beberapa kampung adat di Jawa Barat sudah cukup lama dikenal sebagai tempat yang tujuan para penikmat keunikan seni tradisi.Namun kampung kampung adat tersebut memiliki aturan ketat terhadap kunjungan pelancong,hal ini dimaksudkan agar keberlangsungan tradisi bisa terus berlangsung kepada generasi selanjutnya.
Fakta menariknya selain wilayah kampung adat,kawasan pedesaan di Jawa Barat ternyata masih teguh memegang adat istiadatnya.Potensi inilah yang sangat mungkin dikembangkan menjadi komoditas wisata,beberapa wilayah pedesaan dengan potensi seperti ini sangat mudah kita jumpai terutama di kawasan Subang,Sukabumi,Sumedang,Tasikmalaya hingga Kuningan.Mengapa potensi desa wisata dengan jualan utama kearifan lokal layak untuk dijadikan komoditas wisata,jawabannya ialah kearifan local ini sangat laku dikalangan pelancong asing.Selain itu upaya pengembangannya tidak terlalu membutuhkan banyak biaya,karena masyarakat setempat sudah memiliki potensi potensi tersebut.
Sebagai contoh ialah potensi wisata Desa Cibuntu Kuningan,desa dengan topografi di kaki gunung Ciremai ini memiliki cukup banyak potensi wisata.Mulai dari situs situs bersejarah,artefak artefak peninggalan peradaban masa lalu,wisata alam beruapa curug,maupun atraksi seni budaya khas Sunda.Sejak beberapa tahun lalu dengan dibantu oleh pihak swasta masyarakat setempat mulai menerima kunjungan wisatawan terutama wisatawan asing,hasilnya mulai terlihat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang meningkat.Menurut masyarakat setempat wisatawan asing sangat senang bermalam disini sambil melihat mereka mengolah lahan pertanian,kemudian dengan diantar juru kunci melihat situs situs bersejarah dan menikmati penampilan muda mudi membawakan berbagai kesenian khas Sunda.Potensi kuliner berupa makanan makanan khas pedesaan pun laku keras oleh para pelancong tersebut.
Berbagai hal ini hendaknya bisa dijadikan acuan untuk mengembangkan potensi desa wisata lainnya di Jawa Barat.Mengapa hal ini harus dikembangkan,karena komoditas wisata kearifan lokal sangat mungkin dikembangkan disebabkan memiliki berbagai keuntungan.Selain relative kecil biaya pengembangannya dengan meningkatkan potensi desa,maka secara tidak langsung bisa menekan laju urbanisasi serta membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.Selain itu yang menjadi hal penting ialah perkembangan perekonomian desa akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan.Hal lainnya ialah dengan mengembangkan potensi kearifan lokal maka daya saing wisata Indonesia akan semakin meningkat dimata internasional,terutama menghadapai era perdagangan bebas yang sudah diambang mata.Melalui hal ini diharapkan angka kunjungan wisman semakin meningkat.
0 Comments