Cerita yang berkembang terkait sejarah Jenang Kudus tidak lepas dari kisah Mbah Dempok Soponyono dengan cucunya. Suatu hari Mbah Dempok sedang bermain burung di tepi Sungai dengan cucunya, tiba-tiba cucu mbah Dempok tercebur dan hanyut terbawa arus Sungai. Meskipun berhasil diselamatkan oleh Mbah Dempok, namun si bocah tersebut diganggu oleh Banaspati yaitu makhluk yang mendiami sungai yang memiliki rambut api. Ketika dikonsultasikan kepada Kanjeng Sunan Kudus, dikatakan bahwa anak tersebut sudah meninggal dunia. Namun Syekh Jangkung atau dikenal dengan nama “Saridin” mengatakan bahwa anak tersebut masih hidup. Anak tersebut hanyalah mati suri. Akhirnya Saridin meminta kepada kepada ibu-ibu untuk membuatkan bubur dari gamping untuk membangunkan anak tersebut.Singkat cerita, akhirnya daerah yang menjadi tempat hanyutnya cucu mbah Dempok tersebut disabda oleh kanjeng Sunan Kudus menjadi nama sebuah desa yang sekarang dikenal dengan nama Desa Kaliputu. (http://jenangsinaramin.blogspot.com/ )
Kali dalam bahasa jawa bermakna Sungai, dengan Putu artinya adalah cucu. Kaliputu adalah Sungai dimana cucu Mbah Dempok hanyut hingga mengalami mati (suri). Dan karena cucu tersebut memakan bubur (Jenang) yang terbuat dari Gamping maka daerah kaliputu disabda oleh Sunan Kudus ”Suk nek ono rejaning jaman wong Kaliputu uripe seko jenang.” Artinya lebih kurang, jika suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang. Masyarakat disekitar Kaliputu akan mendapatkan rizqi dari makanan yang bernama Jenang tersebut. Mitos tersebut juga menginspirasi masyarakat Kaliputu untuk mengembangkan industri Jenang Kaliputu menjadi pekerjaan yang dapat menafkahi keluarga serta memberdayakan masyarakat sekitar rumah mereka.( http://jenangsinaramin.blogspot.com/)
Sebagai wujud syukur atas berkah yang diterima warga desa Kaliputu dari hasil memproduksi Jenang, maka dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriah atau 1 Syura, warga desa Kaliputu mengadakan Kirab Tebokan.Tebok atau tampah berisi Jenang dibentuk menjadi Gunungan, miniatur Menara Kudus, Masjid, dan miniatur rumah adat Kudus atau Gebyok.
Dalam kirab tersebut ada sekitar 400 tebok jenang dan jajan pasar yang dibawa oleh warga tua, muda, maupun anak-anak dengan menggunakan pakaian adat Kudus dan pakaian santri.
Rombongan berikutnya merupakan rombonganyang memvisualisasikan proses pembuatan jenang. Dengan membawa: linggis sebagai pengupas kelapa, dayung pengaduk jenang, kawah atau wajan besar, ember, parut, kelapa, gula Jawa dan sebagainya yang biasa digunakan dalam proses pembuatan jenang.Rombongan di belakangnya merupakan tokoh-tokoh yang muncul dalam mitos Jenang Kudus, seperti Mbah Dempok, cucu Mbah Dempok Sopoyono, Sunan Kudus, Syech Jangkung atau Saridin dan Banaspati setan yang berambut api.
0 Comments